Habîb ‘Alî berkata: Salah seorang dari sahabatku menyelenggarakan maulid. Ia juga menyediakan jamuan. Para sahabatnya
yang hadir merasa sangat gembira dengan acara maulid itu.
Tetapi ada seseorang yang tidak suka dengan acara itu. Malamnya ia bermimpi bertemu Nabi berjalan ke arahnya bersama para
sahabatnya. Ia bertanya, “Hendak pergi kemana Anda?” Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kami hendak ke rumah Fulan yang sedang menyelenggarakan maulid dan merasa senang denganku. Barang siapa menyenangiku, maka aku pun senang kepadanya. Barang siapa mencintaiku, aku pun mencintainya.”
Ketahuilah, rûh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memenuhi jagad raya. Ia mendengar setiap shalawat yang diucapkan.
Majelis maulid adalah suatu kumpulan manusia yang disaksikan (masyhûd). Tidak diragukan lagi bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam hadir di situ. Mereka yang memiliki bashîrah� dapat melihat beliau. Tanda-tanda kehadiran beliau adalah majelis itu diliputi ketenangan, kekhidmatan, kemuliaan, kewibawaan dan keagungan. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat murah hati, mencintai siapapun yang mencintainya. Ia tidak akan bakhil, dan pasti memuliakan siapa yang menghadiri maulidnya.
Dulu daerah kami sering diserang berbagai penyakit, dan juga terjadi bermacam-macam kekacauan. Namun setelah diselenggarakan maulid, semua penyakit dan kekacauan itu hilang.
Sebagai gantinya kehidupan agama menjadi bergairah, dakwah tersebar
luas dan hasilnya pun tampak jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar