SLIDE POTO

Senin, 23 Januari 2017

PERTANYAAN MUSTAHIL DARI PENDETA NASRANI YANG MAMPU DI JAWAB SAYYIDINA ALI

Sumber : Kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan kisah sebagai berikut:
Saat Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”
“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.
“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pert
anyaannya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”
Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”
Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”
Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pert
anyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”
“Ya baik!” jawab mereka.
“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib.
Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”
“Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanya lebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!”
“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!”
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”
Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”
Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.”
“Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan,” sahut Imam Ali.
“Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi.
Ali bin Ali Thalib menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.”
Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!”
Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki).
Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”
Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!”
Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi.
Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-pengua
sa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.”
Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam.
Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja.
Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.”
Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!”
Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.
Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni.
Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibas
kan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.
Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.
Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.
Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala.
Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan –seorang cerdas yang bernama Tamlikha– memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.”
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?”
“Teman-teman,” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.”
Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?”
“Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan.”
Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ‘siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah?
Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu?
Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala?
Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…”
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!”
“Saudara-saudara,” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!”
“Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya.
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.
Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.”
Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.
Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?”
“Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!”
“Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?”
“Ya,” jawab penggembala itu.
Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.”
Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.”
Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir.
Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.
Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali:
“Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t.” Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi.
Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua.”
Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!”
Imam Ali menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!”
Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua.
Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.
Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!”
Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.”
Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.
Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!”
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.”
Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!”
Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.”
Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?”
“Aphesus,” sahut penjual roti itu.
“Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman,” jawab penjual roti.
“Kalau yang kau katakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!”
Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!”
Imam Ali menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”
Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!”
“Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!”
Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?”
Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?”
“Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya.
Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.”
Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!”
Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?”
“Ya. Benar,” sahut Tamlikha.
“Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi.
“Ya, ada,” jawab Tamlikha.
“Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja.
Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?”
“Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!”
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!”
Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?”
Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!”
Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?”
“Aku Tamlikha anak Filistin!”
Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!”
Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.”
Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!”
Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?”
Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.
“Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.
Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!”
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!”
Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?”
“Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka.
“Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!”
Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?”
“Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya.
“Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab mereka.
Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!”
Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua.
Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.”
Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.”
Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:
Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, “Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka.” Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, “Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid.”
Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?”
Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!”
- Shallallahu ala sayyidina Muhammad -

Sabtu, 21 Januari 2017

NASEHAT HABIB ALI TENTANG MAJELIS MAULID

Habîb ‘Alî berkata: Salah seorang dari sahabatku menyelenggarakan maulid. Ia juga menyediakan jamuan. Para sahabatnya
yang hadir merasa sangat gembira dengan acara maulid itu.
Tetapi ada seseorang yang tidak suka dengan acara itu. Malamnya ia bermimpi bertemu Nabi berjalan ke arahnya bersama para
sahabatnya. Ia bertanya, “Hendak pergi kemana Anda?” Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kami hendak ke rumah Fulan yang sedang menyelenggarakan maulid dan merasa senang denganku. Barang siapa menyenangiku, maka aku pun senang kepadanya. Barang siapa mencintaiku, aku pun mencintainya.”
Ketahuilah, rûh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memenuhi jagad raya. Ia mendengar setiap shalawat yang diucapkan.
Majelis maulid adalah suatu kumpulan manusia yang disaksikan (masyhûd). Tidak diragukan lagi bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam hadir di situ. Mereka yang memiliki bashîrah� dapat melihat beliau. Tanda-tanda kehadiran beliau adalah majelis itu diliputi ketenangan, kekhidmatan, kemuliaan, kewibawaan dan keagungan. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat murah hati, mencintai siapapun yang mencintainya. Ia tidak akan bakhil, dan pasti memuliakan siapa yang menghadiri maulidnya.
Dulu daerah kami sering diserang berbagai penyakit, dan juga terjadi bermacam-macam kekacauan. Namun setelah diselenggarakan maulid, semua penyakit dan kekacauan itu hilang.
Sebagai gantinya kehidupan agama menjadi bergairah, dakwah tersebar
luas dan hasilnya pun tampak jelas.



Kamis, 19 Januari 2017

AKIBAT DARI KESOMBONGAN

*LAYAK DIBACA & DIRENUNGKAN.*
KESOMBONGAN.

Seorang lelaki kaya nan sombong berjalan di keramaian pasar. Seorang wanita paruh baya penjual minyak samin, dengan kendi di atas kepala sambil membawa ember ditangan kanan, melintas di hadapannya.

Lelaki itu bertanya : "Wahai wanita, dagangan apa yang engkau bawa ?"
Yang ditanya menjawab : " minyak samin tuan " .
"Coba aku pingin lihat " lelaki itu berkata dengan nada suara datar.
Susah payah wanita paruh baya itu menaruh ember yang ia bawa lalu berusaha menurunkan kendi dan ...
"Tes .. tes " Gemetar tangan si wanita membuat kendi berguncang, sedikit minyak samin tumpah , menetes mengenai baju lelaki it.
Seketika Amarah lelaki itu meledak tanpa belas kasihan ia menghardik wanita malang penjual minyak samin :
"Aku tidak terima, kau harus membayar bajuku yang engkau kotori ini "
" Maaf tuan, saya tidak sengaja, maafkanlah saya" memelas wanita itu bersimpuh menghiba.
"Enak saja, tidak bisa! ayo bayar bajuku ini " bertambah tinggi suara amarah lelaki itu.
Tak berdaya dengan suara lirih wanita malang itu memberanikan diri bertanya :
"Memangnya berapa harga baju tuan ini ?"
"Baju ini harganya 1000 dinar .. ayo bayar !!!"
Kaget sekali wanita itu, ia menghiba "Dari mana uang sebanyak itu tuan? sy ini wanita miskin "
Emosi dan kesombongan lelaki itu memuncak :
"Aaah, saya tidak mau tau itu. Baju yang kau kotori ini harus kau bayar"
Pemandangan menyedihkan ini menyebabkan terhentinya langkah seorang lelaki muda. Ia lalu berdiri disisi wanita malang itu sambil berkata :
"Ini uang 1000 dinar, biar baju tuan yang mulia ini saya bayar " ia mengeluarkan kantung uang dari saku bajunya dan memberikannya pada lelaki jumawa yang lalu menerima dan menghitung uang 1000 dinar dengan mata berbinar.

Wanita itu berterimakasih berkali2 pada lelaki muda dewa penolongnya itu.
Merasa uang yang ia inginkan sudah diperoleh laki2 sombong itu hendak melangkah pergi.
"Eeh nanti dulu " hardik lelaki muda itu.
"Ada apa lagi ?" balasnya ketus
Dengan tenang lelaki muda itu berkata : "Kan sudah saya bayar bajumu itu, sini berikan baju itu padaku, itu baju milikku "
Terbelalak mata lelaki sombong itu berkata : "Lha jadi saya berjalan di pasar ini telanjang bulat "

Ketus lelaki muda menjawab: " itu bukan urusan saya, bawa sini sy sudah bayar 1000 dinar. itu baju milik saya "
Orang2 yang sedari tadi berkerumun dan geram dengan kelakuan si lelaki sombong rame2 berteriak : "Ayo buka bajunya "
"Serahkan bajunya, itu bukan milikmu "

Merasa terpojok dengan suara memelas si sombong menundukkan kepala berkata pada lelaki muda : " ini ambil kembali uangmu ini. Aku tidak jadi menjual bajuku ini "

Laki2 muda berkata : "Siapa bilang saya mau menjual baju itu? sy tidak ingin menjualnya, sini ... serahkan bajuku "
Pucat pasi wajah si lelaki sombong, ia menghiba : "Tolonglah, jual kembali baju ini padaku "

Setelah memohon berkali2 akhirnya laki2 muda itu berkata : "Baiklah, tapi karena baju itu milikku. Aku tidak akan menjualnya kecuali dengan harga 2000 dinar "

Pahit dirasa ludah yang terpaksa ditelan laki2 sombong itu demi mendengar omongan ini.

Dengan wajah yang tetap menunduk ia lalu merogoh koceknya 2000 dinar. Menyerahkannya pada lelaki muda dan secepatnya berlalu pergi diiringi riuh rendah suara sorakan orang2 di pasar itu.

Laki2 muda itu lalu mengulurkan uang 2000 dinar itu pada wanita penjual minyak samin yang sedari tadi masih terduduk bersimpuh di dekatnya.
"Ibu, ini hadiah dariku untukmu "
Saudaraku, ingatlah selalu, Siapa yang merendah, ALLAH akan meninggikannya, siapa yang sombong, ALLAH akan merendah kannya di dunia ini dan juga di akhirat nanti.
*Salam kopie pahiet,hidup nikmat.*


Senin, 16 Januari 2017

ANAK YANG SHOLEH DAN SHOLEHAH ADALAH INVESTASI

Anak cerdas belum tentu sholeh, tapi kalau anak sholeh sudah pasti cerdas. Karena fikiran anak cerdas hanya mampu menjangkau dunia sedangkan anak-anak sholeh fikirannya tak sebatas dunia namun kehidupan akhirat dan persiapannya sudah dia fikirkan.

Anak cerdas mungkin membanggakan orang tuanya di dunia, tapi anak sholeh di dunia hingga akhirat pasti akan jadi kebanggaan bagi orang tuanya.

Hingga setiap kematian orang tua yang mendapatkan siksaan kubur, akan mendapatkan keringanan bahkan menjadi sebab dimasukkannya mereka ke sorga berkat doa-doa anak-anak sholeh yang dimilikinya.
Karena anak sholeh termasuk 3 amal yang tidak terputuskan sesuai hadits Nabi: "Apabila anak adam (manusia) telah wafat semua amalnya akan terputus kecuali tiga; sedekah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakannya."

Ya Allah, betapa berkahnya perut para ibu yang telah melahirkan anak-anak yang sholeh dan sholehah, Peduli pada agamanya, cinta pada Nabinya Berikanlah juga keberkahan itu kepada saudari-saudari kami agar memiliki keturunan yang sholeh dan sholehah,,Aamiin...

Rabu, 11 Januari 2017

SALAH SATU FITNAH AKHIR ZAMAN

Habib Munzir Bin Fuad Almusawa berkata :
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Dekat waktunya nanti, waktunya hari kiamat, jika sudah dekat akan datang masa munculnya kejahilan”.
Apa ini kejahilan? Kejahilan bukan hanya ketidaktahuan tapi yang tidak tahu merasa tahu, yang tidak tahu tapi tidak mau diberi tahu. Ini yang disebut “jahl”.
Kalau seandainya tidak paham saja, tidak sampai ke derajat "jahl", tapi "jahl" adalah yang tidak tahu tapi tidak mau di beri tahu. Jika seandainya ia diberi pengetahuan ia tetap menolak. Ini yang akan muncul nanti kata Rasulullah Saw di akhir zaman. Dan ilmu semakin sirna, syariatul muthaharoh (syariat yang suci) semakin sirna. Dan disaat itulah hadirin hadirat banyak terjadi permusuhan, peperangan, pembunuhan.
Al Imam Ibn Hajar Asqalani di dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari menjelaskan makna dari hadits ini adalah tandzir (peringatan) dari Rasul Saw untuk menjaga generasi ulama. Yang dimaksud munculnya kejahilan dan maksud terhapusnya ilmu adalah wafatnya para ulama. Ketika para ulama diwafatkan oleh Allah Swt dan generasi muda tidak ada yang meneruskan perjuangannya maka terjadilah hal hal seperti ini.
Wallahu a'lam
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim

KISAH ULAR DI GOA TSUR

ketika Nabi Muhammad bersama Sayidina Abu bakar Assidiq,berada didalam gua Tsur karena tatkala dikejar olah kaum kafir quraisy,sayidina Abubakar menutup semua lubang yg ada di gua tsb karena khawatir ada ular atau kalajengking yg akan mencelakai nabi saw,ada satu lubang yg belum tertutup semua lubang telah ditutup dgn kain dan ada satu lubang belum ditutup karena kain utk menutup lubang tsb telah habis,maka Abu bakar menutup lubang tersebut dgn tangannya
" Para Ulama’ mengatakan di antaranya Guru Mulia kita Al-Musnid Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, beliau mengatakan bahwa ular itu datang bukan ingin menggigit atau mengganggu Rasul, tetapi ular itu datang ingin melihat wajah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alihi wa sallam, mencari lubang di sana sini semua tertutup, dan ketika ada lubang terbuka ternyata ada orang yang menghalanginya untuk memandang wajah Rasulullah maka ular itu menggigit berkali-kali,
karena biasanya ular berbisa itu kalau menggigit hanya sekali saja tidak berkali-kali, tetapi ular ini menggigit terus agar tangan Sayyidina Abu Bakr melepaskan tangannya dan ular itu bisa melihat wajah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seluruh makhluk mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam " .
- Sulthonul Qulub Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭﺳَﻠِّﻢ ﻭﺑَﺎﺭِﻙ ﻋَﻠﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ، ﺍﻟﻔﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ، ﻭﺍﻟﺨﺎﺗِﻢ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺤﻖِّ ﺑَﺎﻟﺤَﻖِّ، ﻭﺍﻟﻬﺎﺩﻱ ﺇﻟﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢِ، ﺻﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠَﻴﻪِ ﻭﺁﻟِﻪِ ﻭﺻﺤﺒِﻪِ، ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢ


TABAYYUNLAH, SEBELUM MENYESAL

Ceritanya bertutur tentang seorang petani miskin yang menemukan anak singa yang ditinggal mati induknya. Lantaran iba, Petani itu memungut dan merawatnya sepenuh hati. Layaknya anak sendiri. Tidak dapat dilukiskan ikatan kedua makhluk Allah itu. Jiwa mereka seakan bersatu. Sang singa pun telah menganggap petani itu sebagai orang tuanya.
Waktu merangkak cepat. Anak singa itu pun telah dewasa. Di waktu bersamaan, sang petani mendapat karunia besar. Istrinya melahirkan seorang bayi lelaki mungil dan lucu.
Seluruh anggota keluarga begitu bahagia. Tak terkecuali sang singa. Gerak-gerik dan pancaran sinar matanya menyiratkan kebahagiaan luar biasa. Maka mulai saat itu, sang singa mendapat tugas baru. Menjaga “Adik”nya kala sang petani dan istrinya berangkat ke ladang.
Suatu hari, saat petani miskin itu bekerja di ladang dan istrinya mencari kayu bakar di hutan, Tiba-tiba terdengar jeritan bayi mereka dari dalam pondok. Sang petani terlonjak kaget. Firasatnya memburuk. Secepat kilat ia menyambar goloknya lalu bergegas menuju sumber jeritan tadi. “Apa yang terjadi? Dimana singa itu?”, batin sang petani.
Setibanya di halaman pondok, ia tidak mendegar suara apapun. Senyap. Hanya suara nafasnya menderu saling memburu. Hatinya galau. Ketakutan mulai merayapi pembuluh darahnya. Dan pada saat yang sama sang singa keluar dari pondok. Mulut, taring, dan cakarnya belepotan darah.
Seperti biasa, setiap sang petani pulang singa itu segera mendekat. Menggerak-gerak
kan ekornya lalu mengelus manja di kaki “ayah”nya. “Jangan-jangan…, ia telah memangsa bayiku..!!”, jerit batin sang petani.
Menyaksikan hal ini, sang petani kalap. Darahnya seakan berkumpul di ubun-ubun. Sambil berteriak ia mengayunkan goloknya ke arah sang singa. “Makhluk terkutuk, tidak tahu balas budi kau…”.
Singa itu tidak berusaha menghindar. Apalagi lari menjauh. Bahkan tatapannya memelas memohon agar “Ayah”nya tidak melakukan hal bodoh itu. Namun seluruhnya sudah terlambat. Dalam sekejap singa itu roboh berlumuran darah. Kepalanya sobek akibat sabetan golok sang petani. Menggelepar. Lalu mati seketika.
Sang petani segera menghambur diri menuju pondok miliknya. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu. Samar-samar ia menangkap celoteh dan tawa bayinya. Hatinya mulai ragu. Ia menengok ke belakang. Di sana sang singa telah terkapar mati.
Gemetar ia mendorong pintu. Sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan. Sekujur tubuhnya dingin. Lututnya goyah.
Pandangan matanya kabur. Ternyata, bayinya masih hidup. Di samping pembaringan bayi itu tergeletak bangkai seekor ular besar.
“Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan??!! celaka diriku, celaka dirikuu…”. Ia berbalik dan lari ke arah singa yang telah kaku itu. Dipeluknya tubuh sang singa. Menangis dan meratap sembari mengutuki dirinya.
Hingga istrinya kembali dari hutan, Sang petani masih duduk memeluk jasad singa malang itu. Air matanya telah kering meninggalkan perih di kelopak mata. Penyesalan meruangi hatinya. Namun apa mau dikata. Ibarat nasi telah menjadi bubur. Semua sudah terlambat.
Saudaraku, begitu pentingnya tabayyun itu. Keputusan tanpa proses tabayyun (klarifikasi) dipastikan melahirkan penyesalan. Yah, penyesalan abadi sepanjang hidup. Karenanya kita menimpakan keburukan atas diri orang lain. Padahal mungkin saja mereka mengorbankan diri untuknya.
Makanya, Allah Ta’ala tegas menyuruh agar selalu mengedepankan tabayyun. Dan hikmahnya jelas, “…agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat : 6).
Menulis ulang cerita ini emosi saya kembali teraduk-aduk. Bagaimana jika petani itu adalah diriku. Bagaimana menjalani sisa-sisa hidup di bawah bayang-bayang rasa bersalah yang menghimpit. Terlebih pada orang yang telah berjasa dalam hidupku.
Sungguh, andai ada satu permintaan, sudah tentu sang petani akan memohon supaya waktu memutar kembali. Namun begitulah. Penyesalan itu, selalu datang terlambat


Minggu, 08 Januari 2017

KEAJAIBAN ANGGOTA TUBUH ROSULULLAH SAW




Nabi Muhammad SAW merupakan manusia spesial yang diutus Allah SWT bagi semesta alam. Tanggung jawab beliau dalam menyampaikan risalah Allah kepada umatnya tentu menjadi tugas yang teramat berat.
.
Tidak heran jika Allah SWT memberikan banyak kelebihan kepada Nabi. Hal ini serta merta menunjukan kebersarannya sebagai orang spesial bagi Allah, dan membuat manusia semakin yakin bahwa benar beliau merupakan manusia terpilih.
.
Selama ini manusia hanya mengenal dua mukjizat besar Rasulullah SAW yakni Alquran dan Hadist. Ternyata tidak hanya itu, keberkahan dan keajaiban juga dimiliki setiap anggota tubuh manusia paling sempurna ini. Apa saja keajaibannya? Berikut ringkasannya.
.
1). Kepala Nabi Selalu Dinaungi Awan
Salah satu mukjizat yang tampak dari atas kepala Nabi Muhammad SAW adalah selalu dinaungi awan. Sehingga meskipun kondisi arab yang begitu panas, tidak turut membuat sang Nabi kepanasan.
.
Ternyata hal ini terjadi sejak Nabi masih kecil, sebelum masa kenabiannya dan setelah menjadi Nabi. Pada masa kecilnya, Nabi pernah diajak oleh sang paman, Abu Thalib pergi ke negeri Syam untuk berdagang.
.
Disana ternyata ada pendeta yang mengenali ciri kenabian Rasulullah SAW. Salah satunya adalah selalu dinaungi awan ketika beliau berjalan. Daru Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
.
“Abu Thalib pergi ke Syam (untuk berdagang), dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut bersama beberapa pemuka Quraisy. Tatkala mereka sampai di tempat Rahib, mereka singgah dan meletakkan perbekalan mereka. Kemudian Rahib itu keluar menemui mereka... Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan di atas beliau ada awan yang menaungi beliau,” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)
.
Kondisi ini terjadi ketika Nabi sudah dewasa. Kala itu, Nabi menjadi pedagang yang menjual barang-barang milik Khadijah. Ia diawasi oleh Maisarah, yang bertugas memata-matai Rasul dalam menjual dagangan Khadijah. Ternyata Maisarah melihat bahwa Nabi selalu dinaungi oleh awan dan terhindar dari panas.
.
2). Mata Nabi mampu melihat ke belakang seperti melihat ke depan
Nabi juga memiliki mukjizat pada matanya. Beliau dapat melihat apa yang ada di belakang seperti halnya beliau melihat apa yang ada di depan. Sehingga tanpa melihat ke belakang, beliau tetap tahu apa yang dikerjakan dibelakangnya.
.
Dari Abu Hurairah yang bercerita bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apakah kalian menyangka bahwa posisiku di sini dan di sini, demi Allah tidak terhalang dari penglihatanku ruku’ kalian ataupun sujud kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat apa yang ada di belakang punggungku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
.
3). Telinga Rasul Mampu Mendengar Meski dalam Kondisi Tidur
Keajaiban lain pada tubuh Rasulullah SAW adalah di telinganya. Beliau mampu mendengar meski dalam kondisi tidur.
.
4). Ludah
Ludah Rasulullah SAW juga memiliki mukjizat tersendiri. Salah satunya menyembuhkan orang yang sakit. Pada satu ketika Ali bin Abi Thalib mengalami sakit mata saat berada di perang Khaibar. Rasul kemudian mengusapkan ludahnya ke mata Imam Ali dan kemudian langsung sembuh.
.
5). Tangan Nabi sanggup membelah bulan hingga membuat kerikil bertasbih
Mukjizat pada tangan Nabi ini pun tertulis dalam Alquran surat Al-Qamar. Beliau mampu membelah bulan menjadi dua bagian Peristiwa ini terjadi sewaktu Rasulullah SAW masih berada di Mekkah. Orang-orang kafir Quraisy datang menantang Rasulullah SAW, apakah Ia mampu membelah bulan?
Jika bisa maka mereka akan beriman dalam Islam.
.
Tangan itu juga yang memancarkan air dari jari-jarinya hingga para sahabat meminum darinya. Dan sering kaum ibu memintakan doa untuk anak-anak mereka, Rasulullah memasukkan jari telunjuknya ke air dan air tersebut menjadi obat. Ibu Abu Ayyub Al-Anshori yang buta dapat melihat kembali setelah diusap oleh tangan Rasulullah SAW.
.
6). Kaki
Jabir bin Abdillah Al-Anshori pernah mengeluh kepada Rasulullah bahwa air sumur didaerahnya tak bisa diminum, rasanya getir dan pahit.
.
Kemudian Rasul meminta sebuah wadah. Beliau mencuci kakinya di wadah tersebut dan menyuruh Jabir untuk menuangkan air bekas cucian itu ke sumur. Spontan sumur itu menjadi tawar dan segar.
.
7). Punggung
Tertulis Khotamun Nubuwah di punggung beliau yang bertuliskan La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.
.
Apalagi yang hendak kita ungkapkan mengenai mukjizat tubuh Rasulullah saw. Apalagi yang akan kita ceritakan tentang sebuah cahaya. Seluruh badannya adalah cahaya hingga ketika Rasul berjalan, tidak ada bayangan yang mengikutinya.
.
Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Sabtu, 07 Januari 2017

2 GOLONGAN MANUSIA PENGHUNI NERAKA

Imam Muslim menuturkan sebuah riwayat, bahwasanya Rasulullah saw bersabda; "Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang sebelumnya aku tidak pernah melihatnya; yakni, sekelompok orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk menyakiti umat manusia; dan wanita yang membuka auratnya dan berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak, kepalanya digelung seperti punuk onta. Mereka tidak akan dapat masuk surga dan mencium baunya. Padahal, bau surga dapat tercium dari jarak sekian-sekian.”[HR. Imam Muslim].

Di dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawiy berkata, “Hadits ini termasuk salah satu mukjizat kenabian. Sungguh, akan muncul kedua golongan itu. Hadits ini bertutur tentang celaan kepada dua golongan tersebut. Sebagian ‘ulama berpendapat, bahwa maksud dari hadits ini adalah wanita-wanita yang ingkar terhadap nikmat, dan tidak pernah bersyukur atas karunia Allah. Sedangkan ulama lain berpendapat, bahwa mereka adalah wanita-wanita yang menutup sebagian tubuhnya, dan menyingkap sebagian tubuhnya yang lain, untuk menampakkan kecantikannya atau karena tujuan yang lain. Sebagian ulama lain berpendapat, mereka adalah wanita yang mengenakan pakaian tipis yang menampakkan warna kulitnya (transparan)…Kepala mereka digelung dengan kain kerudung, sorban, atau yang lainnya, hingga tampak besar seperti punuk onta.”

Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah dengan redaksi berbeda.

ﺻِﻨْﻔَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻟَﺎ ﺃَﺭَﺍﻫُﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻧِﺴَﺎﺀٌ ﻛَﺎﺳِﻴَﺎﺕٌ ﻋَﺎﺭِﻳَﺎﺕٌ ﻣَﺎﺋِﻠَﺎﺕٌ ﻣُﻤِﻴﻠَﺎﺕٌ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﺀُﻭﺳِﻬِﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺳْﻨِﻤَﺔِ ﺍﻟْﺒُﺨْﺖِ ﺍﻟْﻤَﺎﺋِﻠَﺔِ ﻟَﺎ ﻳَﺮَﻳْﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺠِﺪْﻥَ ﺭِﻳﺤَﻬَﺎ ﻭَﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺃَﺳْﻮَﺍﻁٌ ﻛَﺄَﺫْﻧَﺎﺏِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮِ ﻳَﻀْﺮِﺑُﻮﻥَ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ

“Ada dua golongan penghuni neraka, yang aku tidak pernah melihat keduanya sebelumnya. Wanita-wanita yang telanjang, berpakaian tipis, dan berlenggak-lenggok, dan kepalanya digelung seperti punuk onta. Mereka tidak akan masuk surga, dan mencium baunya. Dan laki-laki yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk menyakiti umat manusia “[HR. Imam Ahmad]

Hadits-hadits di atas merupakan ancaman yang sangat keras bagi wanita yang menampakkan sebagian atau keseluruhan auratnya, berbusana tipis, dan berlenggak-lenggok.


PUJIAN KEPADA RASULULLAH SAW

Sayyidina Khuraim bin Aus al-Tha’iy, seorang sahabat, radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku berhijrah kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sepulang beliau dari Tabuk dan aku masuk Islam. Lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Muththalib berkata: “Wahai Rasulullah, aku ingin memujimu.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Allah akan memberimu kehidupan dengan gigi-gigi yang sehat.” Lalu Abbas berkata:

ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻬَﺎ ﻃِﺒْﺖَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻈِّﻼَﻝِ ﻭَﻓِﻲْ ... ﻣُﺴْﺘَﻮْﺩَﻉٍ ﺣَﻴْﺚُ ﻳُﺨْﺼَﻒُ ﺍﻟْﻮَﺭَﻕُ

Wahai Rasulullah, engkau telah harum sebelum diciptakan di bumi, dan ketika engkau berada dalam tulang rusuk Adam, ketika ia dan Hawwa menempelkan dedaunan surga ke tubuh mereka

ﺛُﻢَّ ﻫَﺒِﻄْﺖَ ﺍﻟْﺒِﻼَﺩَ ﻻَ ﺑَﺸَﺮُ ... ﺃَﻧْﺖَ ﻭَﻻَ ﻣُﻀْﻐَﺔٌ ﻭَﻻَ ﻋَﻠَﻖُ .

Engkau harum keetika Adam turun ke bumi engkau berada dalam tulang rusuknya, ketika engkau bukan seorang manusia, bukan gumpalan daging dan bukan gumpalan darah

ﺑَﻞْ ﻧُﻄْﻔَﺔٌ ﺗَﺮْﻛَﺐُ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻦ ﻭَﻗَﺪْ ... ﺃَﻟْﺠَﻢَ ﻧَﺴْﺮﺍً ﻭَﺃَﻫْﻠَﻪُ ﺍﻟْﻐَﺮَﻕُ .

Bahkan engkau harum ketika berupa setetes air di pungguhnya Nabi Nuh ‘alaihissalam ketika naik perahu, sementara berhala Nasr dan orang-orang kafir pemujanya ditenggelamkan dalam banjir bandang

ﺗُﻨْﻘَﻞُ ﻣِﻦْ ﺻَﺎﻟَﺐٍ ﺇِﻟﻰَ ﺭَﺣِﻢِ ... ﺇِﺫَﺍ ﻣَﻀَﻰ ﻋَﺎﻟَﻢٌ ﺑَﺪَﺍ ﻃَﺒَﻖُ .

Engkau harum ketika dipindah dari tulang rusuk laki-laki ke rahim wanita, ketika generasi berlalu diganti oleh generasi berikutnya

ﻭَﺭَﺩْﺕَ ﻧَﺎﺭَ ﺍﻟْﺨَﻠِﻴْﻞِ ﻣُﻜْﺘَﺘِﻤًﺎ ... ﻓِﻲْ ﺻُﻠْﺒِﻪِ ﺃَﻧْﺖَ ﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺤْﺘَﺮِﻕُ

Engkau harum ketika berada pada tulang rusuk Nabi Ibrahim sang kekasih Allah, ketika ia dilemparkan ke sekumpulan api, sehingga tidak mungkin ia terbakar

ﺣَﺘَّﻰ ﺍﺣْﺘَﻮَﻯ ﺑَﻴْﺘُﻚَ ﺍﻟْﻤُﻬَﻴْﻤِﻦُ ﻣِﻦْ ... ﺧِﻨْﺪِﻑَ ﻋَﻠْﻴَﺎﺀَ ﺗَﺤْﺘَﻬَﺎ ﺍﻟﻨُّﻄُﻖُ .

Sampai kemuliaanmu yang tinggi yang menjadi saksi akan keutamaanmu memuat dari suku yang tinggi dan di bawahnya terdapat lapisan gunung-gunung

ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﻟَﻤَّﺎ ﻭُﻟِﺪْﺕَ ﺃَﺷْﺮَﻗَﺖِ ﺍْﻝ ... ﺃَﺭْﺽُ ﻭَﺿَﺎﺀَﺕْ ﺑِﻨُﻮْﺭِﻙَ ﺍْﻷُﻓُﻖُ .

Ketika engkau dilahirkan, bumi menjadi bersinar dan cakrawala menjadi terang berkat cahayamu

ﻓَﻨَﺤْﻦُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﻀِّﻴَﺎﺀِ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻝ ... ﻧُّﻮْﺭِ ﻭَﺳُﺒُﻞِ ﺍﻟﺮَّﺷَﺎﺩِ ﻧَﺨْﺘَﺮِﻕُ .

Maka Kami menerobos dalam sinar, cahaya dan jalan-jalan petunjuk itu.


MAKAN UNTUK HIDUP

Manusia yg berakal itu menjadikan makan sebagai sarana untuk hidup,sedangkan orang yg bodoh itu menjadikan hidup untuk makan.
Kalau kita makan,maka janganlah berlebih-lebihan pada waktu makan sampai sangat kenyang.Hal ini untuk mematuhi firman allah swt:

ﻭﻛﻠﻮﺍ ﻭﺍﺷﺮﺑﻮﺍ ﻭﻻ ﺗﺴﺮﻓﻮﺍ ﺍﻧﻪ ﻻ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻤﺴﺮﻓﻴﻦ . ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ : ٣١

Artinya:"makan dan minumlah kalian dan jangan berlebih-lebihan,sesungguhnya dia(allah)tidak menyukai orang-orang yg berlebihan.(QS.Al a'rof:31)

Ketika kita akan makan hendaklah didalam hati berniat dengan makan tersebut untuk menjadi kuat dalam melakukan ketaatan dan ibadah.

Dengan niat ketika akan makan seperti contoh diatas,makan yg hukum asalnya mubah menjadi bernilai ibadah karena disertai niat

Nabi muhammad saw bersabda:

ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻤﺎﻝ ﺑﺎﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺍﻧﻤﺎ ﻟﻜﻞ ﺍﻣﺮﺉ ﻣﺎ ﻧﻮﻯ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭﻣﺴﻠﻢ

Artinya:"sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapat hasil sesuai dengan diniatkannya.(HR.Albukhori dan muslim)

Marilah kita memperbanyak niat ketika akan makan supaya makan kita bernilai ibadah!!!


KEUTAMAAN DAN MANFAAT WIRID



Mutiara kalam : Guru Mulia Al-Musnid Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz - Agustus 17, 2015.
Oleh : Al-'Allamah Ad-Da'ilallah Al-Habib Ahmad bin Novel bin Al-Muhaddits Al-Habib Salin Jindan.

Dalam setiap keadaan, manusia pasti membutuhkan tobat. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari kebutuhan untuk bertobat, meskipun ia seorang yang Nabi yang ma’shum (terlindung dari perbuatan dosa), apalagi selainnya. Karena itulah para Malaikat, para Nabi dan Rasul, serta kaum Shiddiqin yang terjaga dari perbuatan dosa, mereka senantiasa memohon ampun (istighfar) dan bertobat kepada Allah.

Jika demikian adanya, maka orang-orang yang suka mencampuradukkan kebaikan dan keburukan, yang suka bermaksiat dengan melakukan berbagai perbuatan dosa seperti kita ini, seharusnya lebih membutuhkan dan lebih wajib untuk bertobat. Oleh karena itu, jika memperoleh kemudahan, kita harus segera menyusul manusia-manusia terbaik tersebut. Dan hal ini dapat dilaksanakan jika kita senantiasa mau meneliti niat, perbuatan maupun ucapan kita. Jika kita mampu memperbaiki dan meluruskan ketiga hal tersebut, maka kita akan memperoleh waridat yang indah.
Waridat yang kita peroleh adalah sesuai dengan amal yang kita kerjakan. Karena itulah, orang-orang yang memiliki waridat tersebut menyatakan bahwa waridat yang tiba ke dalam hati adalah sesuai dengan macam wirid yang kita amalkan. Jika kita melakukan hal-hal yang baik, maka kita juga akan memperoleh hal yang baik. Wirid merupakan tubuh waridat. Sebagaimana ruh tidak akan masuk ke dalam jasad janin yang berada di perut ibu, kecuali setelah sempurnanya jasad tersebut, maka waridat juga tidak akan tiba di hati seorang hamba sebelum tubuhnya dihias dengan berbagai wirid. Oleh karena itu, orang-orang yang mengabaikan dan meremehkan wirid, mereka adalah orang-orang yang sangat bodoh, lalai dan sangat lemah pemahamannya.
Orang-orang yang berjalan menuju Allah memiliki perhatian, semangat dan ketekunan dalam membaca berbagai wirid. Mereka menikmati wirid-wirid tersebut. Inilah tanda kesungguhan mereka di dalam berjalan menuju Allah dan kemampuan pemahaman mereka yang besar. Barang siapa memahami kedudukan wirid, maka ia akan menaruh perhatian yang besar terhadap berbagai macam wirid dan dzikir. Sehingga perjalanannya menuju Allah berlangsung dengan baik dan ia akan senantiasa memperoleh limpahan karuria-Nya.

Adapun seseorang yang berada di dalam kebodohan, sedikit pun ia tidak akan menaruh perhatian terhadap berbagai macam wirid tersebut. Dan seandainya ia membaca salah satu wirid itu, maka ringan baginya untuk meninggalkannya. Jika salah satu wirid yang ia baca terlewatkan karena suatu sebab, maka ia tidak akan pernah merasa kehilangan maupun merindukannya. Ini merupakan tanda kebodohannya.
Seseorang yang demikian keadaannya, sebenarnya ia tidak berjalan menuju Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, kalian pasti akan melihat keutamaan dan manfaat nyata yang akan diperoleh mereka yang suka membaca wirid, di dunia ini sebelum di Akhirat nanti. Kalian akan melihat perbedaan yang sangat besar antara orang-orang yang mengisi hari-hari mereka di tempat seperti ini dengan membaca, memuliakan dan mengagungkan wirid — ikut membaca wirid sebelum dan setelah subuh, sebelum dan setelah shalat dhuhur, dzikir sebelum shalat ashar, doa ketika berjabat tangan selepas shalat ashar dan wirid setelah ashar dengan hati yang khusyuk — dengan orang-orang yang mengabaikan berbagai macam wirid tersebut. Di antara mereka pasti tampak perbedaan yang sangat besar yang akan tampak dalam perjalanan kehidupan mereka di dunia maupun di Akhirat. Kedua kelompok manusia ini tidak dapat disamakan.
Orang yang memiliki ikatan hati dengan kaum sholihin tidak mungkin dapat disamakan dengan orang yang tidak memiliki ikatan hati dengan mereka.
yang menyandang akhlak mulia tidak mungkin dapat disamakan dengan mereka yang tidak menyandangnya. Orang yang beramal tidak mungkin dapat disamakan dengan orang yang tidak beramal. Bagaimana mungkin keduanya dapat disamakan. Allah Ta’ala mewahyukan:

ﺍﻡ ﺣﺴﺐ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺟﺘﺮﺣﻮﺍ ﺍﻟﺴﻴﺌﺎﺕ ﺍﻥ ﻧﺠﻌﻠﻬﻢ ﻛﺎﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﻭﻋﻤﻠﻮﺍﺍﻟﺼﻠﺤﺖ ﺳﻮﺍﺀ ﻣﺤﻴﺎﻫﻢ ﻭﻣﻤﺎﺗﻬﻢ ﺳﺎﺀ ﻣﺎ ﻳﺤﻜﻤﻮﻥ ‏( 21

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Al-Jatsiah, 45:21)

Dapatkah disamakan seseorang yang ketika turun hujan rahmat hatinya khusyuk (ingat kepada Allah) dengan seseorang yang lalai? Apakah keduanya dapat disamakan? Yang satu hatinya selalu berhubungan dengan Allah sedangkan yang lain hatinya putus hubungan dengan-Nya. Yang satu menghadapkan diri kepada Allah sedangkan yang lain berpaling dari-Nya. Keduanya tidak mungkin dapat disamakan. Sudah menjadi ketentuan Allah di alam semesta, kedua jenis manusia ini tidak mungkin dapat disamakan. Tidaklah sama kegelapan dengan cayaha, orang yang normal penglihatannya dengan tuna netra, dan yang hidup dengan yang mati, meskipun semuanya adalah makhluk Allah. Karena itu, jika kalian perhatikan, orang-orang yang bertobat senantiasa menekuni berbagai wirid dan dzikir. Mereka akan banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah. Rasulullah saw bersabda:

ﻃﻮﺑﻰ ﻟﻤﻦ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﻔﺘﻪ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭﺍ ﻛﺜﻴﺮﺍ
. (HR Ibnu Majah)

‘Sungguh beruntung seseorang yang mendapati istighfar yang banyak dalam buku catatan amalnya

Setelah Rasulullah saw menyatakan mereka sebagai seorang yang sangat beruntung, maka mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Wirid itu adlah Ayat-ayat Al-Quran, doa atau dzikir yang dibaca pada waktu-waktu tertentu setiap harinya.

Waridat: Bentuk jamak dan warid; yaitu limpahan pengetahuan dan petunjuk yang datang dari Allah. Dalam majelis dzikir, ahli dzikir dan pendengarnya bisa memperoleh curahan pengetahuan dan petunjuk dari Allah. Pengaruh warid bergantung pada kesiapan dan kemampuan orang untuk menerimanya. Sebuah warid dapat menyebabkan seseorang mengalami ghaibah dan menjadi majnun (dimabuk cinta). Para wali Allah yang memiliki kekuatan dan kapasitas hati yang besar dapat menerima waridat secara tetap tanpa memperlihatkan perubahan lahiriah sama sekali.

* Al-Imam Al-Quthbul Aqhtab Al-Habib Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad R.A berkata : Ketahuilah, bahwa wirid mempunyai pengaruh yang amal kuat untuk menerangi kalbu dan mengendalikan anggota tubuh. Akan tetapi, ia tidak akan efektif kecuali setelah diamalkan secara berulang-ulang dan terus menerus di waktu-waktu tertentu. Jika engkau tidak termasuk orang-orang yang melewatkan seluruh siang dan malam dalam tugas-tugas kebaikan dan amal-amal khair. maka paling sedikit engkau harus mengamalkan beberapa wirid secara teratur pada waktu-waktu tertentu, jika pada suatu saat, dan karena suatu alasan, engkau tidak mengerjakannya, maka hendaknya engkau segera mengganti (meng-qadha’) wirid tersebut di waktu lain, agar nafsumu terbiasa dengan berbagai wirid tersebut.

* Al-Imam Al-Quthb As-Syekhul-Kabir Al-Habib Abdurrahman bin Imam Muhammad Assegaf R.A berkata : barang siapa yang tidak mempunyai wirid, maka ia seperti monyet.

- Shallallah'ala sayyidina Muhammad -

Jumat, 06 Januari 2017

SYAIKH UMAR BARAJA (Pengarang Akhlaq lil Banin)



Mengukir Akhlaq Para Santri
Hampir semua santri di pesantren pernah mempelajari buku-buku
karya Syaikh Umar Baraja dari Surabaya.
Sudah sekitar 11 judul buku yang diterbitkan, seperti
Al-Akhlaq Lil Banin,
kitab Al-Akhlaq Lil Banat,
kitab Sullam Fiqih,
kitab 17 Jauharah, dan
kitab Ad’iyah Ramadhan.
Semuanya terbit dalam bahasa Arab,
Sejak 1950 telah digunakan sebagai buku kurikulum di seluruh
pondok pesantren di Indonesia.
Ya, secara tidak langsung Syaikh Umar Baradja ikut mengukir
akhlaq para santri di Indonesia.
Buku-buku tersebut pernah di cetak Kairo, Mesir, pada 1969 atas
biaya Syeikh Siraj Ka’ki, dermawan Mekkah,
yang di bagikan secara cuma-cuma ke seluruh dunia Islam.
Syukur alhamdulillah, atas ridha dan niatnya agar buku-buku ini menjadi
jariyah dan bermanfaat luas,
Pada 1992 telah di terbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura, dan Sunda.

Selain menulis buku pelajaran,
Syaikh Umar juga menulis syair-syairnya dalam bahasa Arab
dengan sastranya yang tinggi.
Menurut ustadz Ahmad bin Umar, putra tertuanya,
cukup banyak dan belum sempat dibukukan.
Selain itu, masih banyak karya lain, seperti masalah keagamaan,
yang masih bertuliskan tangan dan tersimpan rapi dalam perpustakaan keluarga.Kepandaiannya dalam karya tulis, disebabkan dia menguasai
bahasa Arab dan sastranya, ilmu tafsir dan Hadits, ilmu fiqih dan tasawuf,
ilmu sirah dan tarikh.
Ditambah, penguasaan bahasa Belanda dan bahasa Inggris.

Selalu Berharap

Syaikh Umar bin Achmad Baradja lahir di kampung Ampel Maghfur,
pada 10 Jumadil Akhir 1331 H/17 Mei 1913 M.
Sejak kecil dia diasuh dan dididik kakeknya dari pihak ibu,
Syaikh Hasan bin Muhammad Baradja,
Seorang ulama ahli nahwu dan fiqih.
Nasab Baradja berasal dari (dan berpusat di) Seiwun, Hadramaut, Yaman. Sebagai nama nenek moyangnya yang ke-18,
Syaikh Sa’ad, laqab(julukannya) Abi Raja’ (yang selalu berharap).
Mata rantai keturunan tersebut bertemu pada kakek
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kelima,
bernama Kilab bin Murrah.

Pada masa mudanya, Umar Baradja menuntut ilmu agama dan
bahasa Arab dengan tekun,
sehingga dia menguasai dan memahaminya.
Berbagai ilmu agama dan bahasa Arab dia dapatkan dari ulama, ustadz, syaikh, baik melalui pertemuan langsung maupun melalui surat.

Para alim ulama dan orang-orang shalih telah menyaksikan ketaqwaan dan kedudukannya sebagai ulama yang ‘amil.
Ulama yang mengamalkan ilmunya.
Dia adalah salah seorang alumnus yang berhasil,
didikan madrasah Al-Khairiyah di kampung Ampel, Surabaya, yang didirikan dan dibina Al-habib Al-Imam Muhammad bin Achmad Al-Muhdhar pada 1895.
Sekolah yang berasaskan Ahlussunnah wal Jama’ah dan bermadzhab Syafi’i.

Guru-guru Syaikh Umar Baradja, antara lain :

Al-Ustadz Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih (Malang),
Al-Ustadz Muhammad bin Husein Ba’bud (Lawang),
Al-Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf,
Al-Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya),
Al-Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo),
Al-Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan),
Al-Habib Ali bin Husein Bin Syahab,
Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gresik),
Al-Habib Ahmad bin Ghalib Al-Hamid (Surabaya),
Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhar (Bondowoso),
Al-Habib Abdullah bin Hasa Maulachela,
Al-Habib Hamid bin Muhammad As-Sery(Malang),
Syaikh Robaah Hassunah Al-Kholili (Palestina),
Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) –
keduanya tugas mengajar di Indonesia.
Guru-gurunya yang berada di luar negeri diantaranya,
Al-Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki,
As-Sayyid Muhammad bin Ami n Al-Quthbi,
As-Syaikh Muhmmad Seif Nur,
As-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath,
Al-Habib Alwi bin Salim Alkaff,
As-Syaikh Muhammad Said Al-Hadrawi Al-Makky (Mekkah),
Al-Habib Muhammad bin Hady Assegaf(Seiwun, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Abdullah bin Ahmad Al-Haddar,
Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘inat, Hadramaut, Yaman) ,
Al-habib Abdullah bin Thahir Al-Haddad (Geidun, Hadaramaut, Yaman),
Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri (Tarim, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Hasan bin Ismail Bin Syeikh Abu Bakar (‘inat, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi,
Al-Habib Alwi bin Abdullah Bin Syahab (Tarim, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (Al-Baidhaa, Yaman) ,
Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dhabi, Uni Emirat Arab),
As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Muthii’i (Mesir),
Sayyidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko),
Sayyidi Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko) ,
Al-Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor, Malaysia),
Syeikh Abdul ‘Aliim As-Shiddiqi (India),
Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir),
Al-Habib Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi).
Kiprah Dakwah
Syaikh Umar mengawali kariernya mengajar di Madrasah
Al-Khairiyah Surabaya tahun 1935-1945, yang berhasil menelurkan beberapa ulama dan asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air. Di Jawa Timur antara lain,
Almarhum al-ustadz Achmad bin Hasan Assegaf,
Almarhum Al-Habib Umar bin Idrus Al-Masyhur,
Almarhum al-ustadz Achmad bin Ali Babgei,
Al-habib Idrus bin Hud Assegaf,
Al-habib Hasan bin Hasyim Al-Habsyi,
Al-habib Hasan bin Abdul Qodir Assegaf,
Al-Ustadz Ahmad Zaki Ghufron, dan Al-Ustadz Dja’far bin Agil Assegaf.
Kemudian, dia pindah mengajar di Madrasah Al-Khairiyah, Bondowoso.
Berlanjut mengajar di Madrasah Al-Husainiyah, Gresik tahun 1945-1947.
Lalu mengajar di Rabithah Al-Alawiyyah, Solo, tahun 1947-1950.
Mengajar di Al-Arabiyah Al-Islamiyah, Gresik tahun 1950-1951.
Setelah itu, tahun 1951-1957, bersama Al-habib Zein bin Abdullah Al-kaff, memperluas serta membangun lahan baru, karena sempitnya gedung lama, sehingga terwujudlah gedung yayasan badan wakaf yang di beri nama
Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim.

Selain mengajar di lembaga pendidikan,
Syaikh Umar juga mengajar di rumah pribadinya, pagi hari dan sore hari,
serta majelis ta’lim atau pengajian rutin malam hari.
Karena sempitnya tempat dan banyaknya murid,
dia berusaha mengembangkan pendidikan itu dengan mendirikan
Yayasan Perguruan Islam atas namanya, Al-Ustadz Umar Baradja.

Penamplan Syeikh Umar sangat bersahaja,
tetapi dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi.
Dia juga mejabarkan akhlaq ahlul bait, keluarga Nabi dan para sahabat,
yang mencontoh baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dia tidak suka membangga-banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah.
Ini karena sifat tawadhu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.
Dalam beribadah, dia selalu istiamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah.
Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia tnggalkan
walaupun dalam bepergian.
Kehidupannya dia usahakan untuk benar-benar sesuai dengan
yang digariskan agama.

Cintanya kepada keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan dzurriyyah
atau keturunannya, sangat kenal tak tergoyahkan.
Juga kepada para sahabat anak didik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Itulah pertanda keimanan yang teguh dan sempurna.

Dalam buku Kunjungan Habib Alwi Solo kepada Habib Abubakar Gresik,
Catatan Habib AbdulKadir bin Hussein Assegaf (Penerbit Putra Riyadi : 2003), disebutkan,”…
kami (rombongan Habib Alwi bin Alwi Al-Habsyi) berkunjung ke rumah
Syaikh Umar bin Ahmad Baradja (di Surabaya).
Kami dengar saking senangnya, ia sujud syukur di kamar khususnya.
Ia meminta Sayyidi Alwi untuk membacakan doa dan Fatihah.”(hlm.93).

Sifat wara’-nya sangat tinggi.
Perkara yang meragukan dan syubhat dia tinggalkan,
sebagaimana meninggalkan perkara-perkara yang haram.
Dia juga selalu berusaha berpenampilan sederhana.
Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam jiwanya.
Konsistensinya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,
misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita,
dia sangat keras dan tak kenal kompromi.
Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas laki-perempuan dia tolak keras. Juga bercampurnya murid laki-dan perempuan dalam satu kelas.

Pada saat sebelum mendekati ajalnya,
Syaikh umar sempat berwasiat kepada putra-putra dan anak didiknya agar selalu berpegang teguh pada ajaran assalaf asshalih.
Yaitu ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah,
yang dianut mayoritas kaum muslim di Indonesia dan Thariqah ‘Alawiyyah,
dan bermata rantai sampai kepada ahlul bait Nabi, para sahabat,
yang semuanya bersumber dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Syaikh Umar memanfaatkan ilmu, waktu, umur, dan membelanjakan
hartanya di jalan Allah sampai akhir hayatnya.
Ia memenuhi panggilan Rabb-nya pada hari
Sabtu malam Ahad tanggal 16 Rabiuts Tsani 1411 H/3 November 1990 M
pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya, dalam usia 77 Tahun.
Keesokan harinya Ahad ba’da Ashar, ia dimakamkan,
setelah dishalatkan di Masjid Agung Sunan Ampel,
diimami putranya sendiri yang menjadi khalifah (penggantinya),
Al-Ustadz Ahmad bin Umar Baradja.
Jasad mulia itu dikuburkan di makam Islam Pegirian Surabaya.
Prosesi pemakamannya dihadiri ribuan orang.

Sumber : Majalah AlKisah

Mauidzoh Hasanah Al Walid Habibanal Mahbub Al Habib Ali bin Sayyidil Walid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qodir Assegaf [ MT Al Afaf Jakarta ]

Saudara bilang mau dapatkan barokah?
Apa itu yang disebut berkah?
Orang banyak mau dapat berkah.
Kata Habib Sholeh Tanggul Jember
waktu jumpa dengan saya, saya waktu
(berkisar umur 30 tahun), kejadian ini
sudah 40 tahun lalu.
Beliau bilang Ali anta mau berkah?
Apa yang disebut berkah, beliau sendiri yang mengucapkan yang mengatakan yang namanya berkah itu
" Duit di kantong belum habis sudah datang lagi "
Kiat apa yang bakal membawa kita duit di kantong belum habis sudah datang lagi?
Seorang yang beberapa kali datang ke Kwitang Al Marhum Prof DR al Muhaddits al Musnid al Habib Muhammad bin Alwi bin Abas al Maliki, karena memang saya yang terjemahkan ceramahnya, menceritakan al Habib Muhammad bin Alwi bin Abbas al Maliki dalam kitabnya Madzhabi Sya'ban;
Bahwa Rosululloh pernah kedatangan seseorang, dan mengatakan tentang dirinya dan keluarga bahwa dia mengalami kemiskinan yang luar biasa, apa resep yang nabi berikan? kata nabi kalo kau pulang nanti jangan lupa beri salam ucapkan
• Assalamu'alaikum wa Rohmatullohi wa Barokatuh
• Assalamu'alaika Ayyuhan Nabiyyu wa Rohmatullohi wa Barokatuh
• Assalamu'alaina wa 'Ala 'Ibadilahi Sholihin
• Lalu Baca Surat al Ikhlas 3x
ini orang dari sejak di ajarkan oleh nabi, baca Salam dan Qulhu, dia tidak pernah tinggalkan yang bqginda Nabi ajarkan. Apa kemudian yang terjadi pada diri ini orang?
Lihat kalau ajaran Nabi di amalkan dengan penuh keyakinan Nabi sendiri yang jadi saksi hidup, beliau sendiri yang katakan dalam haditsnya "
Orang ini kemudian kebanjiran rezeqi, kebanjiran berkah sampai berkah itu melintasi/
mampir kerumah tetangga-tetangganya dan sanak keluarganya.
Kita sudah kebanjiran berkah apa belum?
Laksanakan...
Kita buktikan Sabda Rosululloh,
Jangan tidak yakin kalau Rosululloh ajarkan kita,
Kita yakini... kita amalkan... kita akan diberkahi oleh ALLOH SWT.
kalau orang membaca Qulhuwa Allohu Ahad satu kali yang dapat berkah itu hanya dirinya, kalau membacanya 2x.. orang yang satu rumah dengan kita dapet berkah, ( mertua kita tinggal dengan kita, ipar kita tinggal sama kita, mantu kita tinggal sama kita, cucu² kita tinggal sama kita ), semuanya itu bakal dapat berkah, kita mau berkah sendirian apa seluruh angota keluarga kita dapat berkah?
Semua...
Siapa yang membaca 3x begitu dapatnya { dirinya, keluarganya, dan jirannya dapet berkah }
Siapa yang membaca Qulhuwa allohu Ahad disaat dia masuk kerumahnya maka tetangga²nya akan diberkahi oleh ALLOH SWT,
Apa enak lihat tetanga kita dalam keadan tidak berkah? dalam keadan miskin kita sendiri senang kita sendiri penuh dengan berkah, tentu kita senang lihat tetangga pun penuh berkah.
Dikutip dari ceramah pada acara maulid,
Al Walid Al Habib Ali bin Sayyidil Walid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf

Kamis, 05 Januari 2017

DO'A MOHON TERHINDAR DARI STROKE | OBAT STROKE


Pada satu ketika dimana Nabi Allah Sulaiman a.s duduk di singgahsananya,
Maka datang satu lembaga yang cukup besar, maka bertanya Nabi Allah
Sulaiman "siapakah engkau..?"
Maka dijawab oleh lembaga tersebut bahwa akulah Rihul Ahmar....dan
Aku bila memasuki rongga anak adam, maka lumpuh, keluar darah dari
Rongga, dan apabila aku memasuki otak anak adam, maka menjadi gilalah anak adam..
Maka diperintahkan oleh Nabi Sulaiman a.s supaya membakar lembaga
tersebut, maka berkatalah Rihul Ahmar kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa
"Aku kekal sampai hari kiamat tiba,tiada sesiapa yg dapat membinasakan Aku melainkan Allah.
Lalu Rihul Ahmar pun ghaiblah ia.
Diriwayatkan cucunda Nabi Muhammad S.A.W. terkena Rihul Ahmar
Sehingga keluar darah dari rongga hidungnya.
Maka datang malaikat jibril kepada
Nabi S.A.W. dan bertanya Nabi kepada jibril.
Maka ghaib sebentar, lalu malaikat jibril Kembali mengajari akan doa Rihul Ahmar kepada Nabi S.A.W. kemudian
Dibaca doa tersebut kepada cucunda nya dan dengan sekejap cucunda Rasulullah sembuh serta merta.
Lalu bersabda Nabi S.A.W. bahwa barang siapa Membaca doa stroke/ Doa Rihul Ahmar walau sekali dalam seumur
Hidupnya, maka akan dijauhkan dari penyakit ANGIN AHMAR atau
STROKE.
Doa menjauhkan terhindar dari angin ahmar dan penyakit kronik
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﻋﻮﺫﺑﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻷﺣﻤﺮ ﻭﺍﻟﺪﻡ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﻭﺍﻟﺪﺍﺀ ﺍﻷﻛﺒﺮ
Allahumma inni a'uzubika minarrihil ahmar, waddamil aswad, waddail akbar.
Artinya;
Ya Allah tuhanku lindungi aku dari angin merah & lindungi aku dari darah hitam (strok) & dan dari penyakit berat



Sumber dari FANPAGE FB
Alhabib Quraisy Baharun

CARA MEMBANGUNKAN ANAK UNTUK SHOLAT SUBUH

Abuya As-Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ bercerita:
Dahulu ada seorang wanita bertanya kepada mufti :
"Bagaimana caranya membangunkan anak-anak saya yang sedang tertidur nyenyak untuk sholat Subuh ?"
Mufti menjawab dengan balik bertanya kepada wanita tersebut :
"Apa yang akan kamu lakukan jika rumah kamu terbakar dan pada saat itu anak-anak kamu sedang tidur nyenyak ?" .
Wanita tersebut berkata :
"Saya pasti akan membangunkan mereka dari tidurnya."
Mufti menjawab :
"Bagaimana jika mereka sedang tertidur nyenyak sekali ?" .
Wanita itu kemudian menjawab :
" Demi ALLAH! Saya akan membangunkan mereka sampai bener-benar bangun, jika mereka tidak bangun juga, saya akan menarik menyeret mereka sampai keluar dari rumah." .
Mufti kemudian menjawab :
"Jika itu yang kamu akan lakukan untuk menyelamatkan anak-anak kamu dari api dunia, lakukanlah hal yang sama untuk menyelamatkan mereka dari api neraka di akhirat kelak."
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad ...



Rabu, 04 Januari 2017

DIANTARA ADAB SETELAH MAKAN

ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ : ﺃﺫﻳﺒﻮﺍ ﻃﻌﺎﻣﻜﻢ ﺑﺎﻟﺬﻛﺮ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ، ﻭﻻ ﺗﻨﺎﻣﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺘﻘﺴﻮ ﻗﻠﻮﺑﻜﻢ .
ﻭﺃﻗﻞ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺃﺭﺑﻊ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﺃﻭ ﻳﺴﺒﺢ ﻣﺎﺋﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﺔ ﺃﻭ ﻳﻘﺮﺃ ﺟﺰﺀﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻘﺐ ﺃﻛﻠﻪ .
ﻓﻘﺪ ﻛﺎﻥ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﺇﺫﺍ ﺷﺒﻊ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺣﻴﺎﻫﺎ، ﻭﺇﺫﺍ ﺷﺒﻊ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ ﻭﺍﺻﻠﻪ ﺑﺎﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺬﻛﺮ
‏( ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ٣ / ٨٤ )
Di dalam hadits :
"Hancurkan (iringi proses) makanan kalian dengan dzikir dan sholat, jangan kalian tidur atas makanan (perasaan kenyang) hal itu akan membuat kerasnya hati".
(Hal ini sebagai wujud syukur terhadap nikmat makanan)
Paling sedikitnya hal itu adalah dengan sholat 4 rakaat, atau membaca kalimat tasbih 100 kali, atau membaca al qur'an 1 juz, Selepas makan.
Dahulu imam Sufyan atsauriy apabila merasa kenyang di malam hari, maka beliau menghidupkan malam itu dengan bermacam ibadah.
Dan apabila merasa kenyang di pagi hari, maka beliau menyambungnya dengan memperbanyak sholat dan dzikir.
(Ihya ulumuddin juz 3 halaman 84)
semoga kita dapat bersyukur atas segala nikmat dari Allah SWT
.

DOA AL-FAQIHIL MUQADDAM AL-IMAM MUHAMMAD BIN ALI BA'ALAWI

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻧْـﻘُﻠْﻨَﺎ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻲْﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَـﻨَّﺔِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮْﺏِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻐْﻔِﺮَﺓِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻻِﺳَﺎﺀَﺓِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻻِ ﺣْﺴَﺎﻥِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻮْﻑِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻻَ ﻣَﺎﻥِ ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﻔَﻘْﺮِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻟﻐِﻨَﻰ , ﻭَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻝِّ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟْﻌِﺰِّ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻻِ ﻫَﺎﻧَﺔِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻟﻜَﺮَﺍ ﻣَﺔِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻀِّﻴْﻖِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻌَﺔِ ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﺴْﺮِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻟﻴُﺴْﺮِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻻِﺩْﺑَﺎﺭِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻻِﻗْﺒَﺎﻝِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺴُّﻘْﻢِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺼِّﺤَّﺔِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺴُّﺨْﻂِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺮِّﺿَﻰ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﻐَﻔْﻠَﺔِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻟﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﻔَﺘْﺮَﺓِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻻِﺟْﺘِﻬَﺎﺩِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨِﺬْ ﻻَﻥِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﺒِﺪْﻋَﺔِ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ , ﻭَﻣِﻦَ ﺍْﻟﺠَﻮْﺭِ ﺍِﻟَﻰ ﺍْﻟﻌَﺪْﻝِ

Ya Allah ... pindahkanlah kami dan kaum muslimin dari celaka menuju bahagia, dari neraka menuju surga, dari adzab menuju rahmat, dari dosa menuju ampunan, dan keburukan menuju kebaikan, dari takut menuju aman, dari fakir menuju kaya, dari hina menuju mulia, dari rendah menuju karomah, dari sempit menuju lapang, dari buruk menuju baik, dari sulit menuju mudah, dari berpaling menuju menghadap, dari sakit menuju sehat, dari murka menuju ridlo, dari lalai menuju ibadah, dari malas menuju semangat, dari kerendahan menuju pertolongan, dari bid'ah menuju sunnah, dari penyelewengan menuju keadilan.

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍَﻋِﻨَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳْﻨِﻨَﺎ ﺑِﺎ ﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ , ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺑِﺎﻟﺘَّﻘْﻮَﻯ , ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّﻘْﻮَﻯ ﺑِﺎﻟْﻌَﻤَﻞِ , ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍْﻟﻌَﻤَﻞِ ﺑِﺎﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖِ , ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺫَﺍﻟِﻚَ ﺑِﻠُﻄْﻔِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻔْﻀِﻰ ﺍِﻟَﻰ ﺭِﺿَﺎﻙَ ﺍﻟْﻤُﻨْﻬِﻰ ﺍِﻟَﻰ ﺟَﻨَّﺘِﻚَ ﺍﻟْﻤَﺼْﺤُﻮْﺏِ ﺫَﺍﻟِﻚَ ﺑِﺎﻟﻨَّﻈَﺮِ ﺍِﻟَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﺍْﻟَﻜَﺮِﻳْﻢِ . ﻳَﺎ ﺍَﻟﻠﻪُ ﻳَﺎ ﺍَﻟﻠﻪُ ﻳَﺎ ﺍَﻟﻠﻪُ , ﻳَﺎ ﺭَﺑَّﺎﻩُ ﻳَﺎ ﺭَﺑَّﺎﻩُ ﻳَﺎ ﺭَﺑَّﺎﻩُ , ﻳَﺎﻏَﻮْﺛَﺎﻩُ ﻳَﺎﻏَﻮْﺛَﺎﻩُ ﻳَﺎﻏَﻮْﺛَﺎﻩُ , ﻳَﺎﺍَﻛْﺮَﻡَ ﺍْﻻَﻛْﺮَﻣِﻴْﻦَ ﻳَﺎﺭَﺣْﻤَﻦُ ﻳَﺎﺭَﺣِﻴْﻢُ ﻳَﺎﺫَﺍﻟْﺠَﻼَﻝِ ﻭَﺍْﻻِﻛْﺮَﺍﻡِ ﻳَﺎﺫَﺍﻟْﻤَﻮَﺍﻩِﺏِ ﺍْﻟﻌِﻈَﺎﻡِ .

Ya Allah .... tolonglah kami (dalam melaksanakan) agama kami dengan dunia, dunia dengan takwa, takwa dengan amal, amal dengan taufiq, dan tolonglah atas semuanya dengan lemah lembutMU yang menuntun menuju ridloMU, yang menyampaikan pada surga, yang teriring dengan memandang wajahMU yang mulia. Ya Allah ... Ya Allah ... Ya Allah ... duhai Tuhan kami ... duhai Tuhan kami ... duhai Tuhan kami ... duhai penolong kami ... duhai penolong kami ... duhai penolong kami ... duhai penolong kami ... duhai Semulia mulia segala yang mulia ... duhai yang penuh kasih sayang ... duhai Sang pemilik keagungan dan kemuliaan ... duhai Sang pemilik pemberian yang besar.

ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍْﻟﻌَﻈِﻴْﻢَ ﺍَﻟَّﺬِﻯ ﻵﺍِﻟَﻪَ ﺍِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍْﻟﺤَﻲُّ ﺍْﻟﻘَﻴُّﻮْﻡُ ﻭَﺍَﺗُﻮْﺏُ ﺍِﻟَﻴْﻪِ .

Aku memohon ampunan pada Allah yang maha agung yang tiada tuhan selain Dia yang maha hidup lagi maha perkasa dan aku bertaubat padaNYA

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻧِّﻰ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺍﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖَ ﻟِﻤَﺤَﺎﺑِّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ , ﻭَﺻِﺪْﻕَ ﺍﻟﺘَّﻮَﻛُّﻞِ ﻋَﻠَﻴْﻚَ , ﻭَﺣُﺴْﻦَ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺑِﻚَ , ﻭَﺍﻟْﻐُﻨْﻴَﺔَ ﻋَﻤَّﻦْ ﺳِﻮَﺍﻙَ , ﺍِﻟَﻬِﻰ ﻳَﺎ ﻟَﻄِﻴْﻒُ ﻳَﺎﺭَﺯَّﺍﻕُ ﻳَﺎ ﻭَﺩُﻭْﺩُ ﻳَﺎﻗَﻮِﻱُّ ﻳَﺎﻣَﺘِﻴْﻦُ , ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺗَﺄَﻫُّﻼً ﺑِﻚَ , ﻭَﺍﺳْﺘِﻐْﺮَﺍﻗًﺎ ﻓِﻴْﻚَ , ﻭَﻟُﻄْﻔًﺎ ﺷَﺎﻣِﻼً ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ , ﻭَﺭِﺯْﻗًﺎ ﻭَﺍﺳِﻌًﺎ ﻫَِﻨﻴْﺌًﺎ ﻣَﺮِﻳْﺌًﺎ , ﻭَﺳِﻨًّﺎ ﻃَﻮِﻳْﻼً ﻭَﻋَﻤَﻼً ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ , ﻓِﻰ ﺍْﻻِﻳْﻤَﺎﻥِ ﻭَﺍْﻟﻴَﻘِﻴْﻦِ , ﻭَﻣُﻼَﺯَﻣَﺔً ﻓِﻰ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ , ﻭَﻋِﺰًّﺍ ﻭَﺷَﺮَﻓًﺎ ﻳَﺒْﻘَﻰ ﻭَﻳَﺘَﺄَﺑَّﺪُ , ﻻَﻳَﺸُﻮْ ﺑُﻪُ ﺗَﻜَﺒُّﺮٌ ﻭَﻻَﻋُﺘُﻮٌّ ﻭَﻻَ ﻓَﺴَﺎﺩٌ , ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ .
ﻭَﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ . ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍْﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ .

Ya Allah aku memohon petunjuk amal untuk meraih cintaMU, kesungguhan berserah diri padaMU, berbaik sangka padaMU, tak mengharap selain dariMU, duhai Tuhanku ... duhai Yang maha lemah lembut ... duhai yang Maha memberi rizki, duhai yang maha mencintai ... duhai yang maha kuat ... duhai yang maha kokoh aku memohon pantaskan diriku untukMU, tenggelam dalam (cinta)MU, kelemah lembutan yang menyeluruh dari sisiMU, rizqi yang lapang, menentramkan dan memuaskan. Umur yang panjang serta amal yang baik dalam keimanan dan keyakinan, setia dalam kebenaran dan agama, kemuliaan dan keagungan yang kekal abadi yang tiada tercampur kesombongan, keangkuhan dan kerusakan. Sungguh Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan maha dekat.
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam atas pemimpin kami Muhammad , keluarga dan sahabat-sahabat
nya. Dan segala puji hanya milik Allah .

Selasa, 03 Januari 2017

PERTUNJUKAN MENARIK DI DEPAN PINTU RUMAH RASULULLAH SAW

Dicatat dalam Kitab Sunan Ad-Darimi, diriwayatkan daripada Sayyidina Abu Hurairah RA, bahwa Sayyidina Abu Bakr RA dan Sayyidina 'Ali RA tiba di hadapan pintu kediaman Nabi Muhammad SAW. Sayyidina Abu Bakr berkata: " 'Ali, kamu masuk dahulu." Sayyidina 'Ali menjawab: "Silahkan masuk sebelum diriku. Aku tidak akan membelakangi seorang yang telah disabdakan Rasulullah SAW bahwa, matahari tidak terbit dan terbenam atas manusia yang lebih baik daripada Abu Bakr." Sayyidina Abu Bakr lalu berkata: "Bagaimana dapat aku mendahului seorang yang telah disabdakan Rasulullah SAW, 'sebaik-baik wanita (yakni Sayyidatina Fatimah RA) telah diberikan kepada sebaik-baik lelaki.' " Ujar Sayyidina 'Ali : "Aku tidak akan masuk sebelum seorang yang dikatakan Rasulullah SAW bahwa pada Hari Penghisaban suatu seruan daripada Allah 'Azza wa Jalla berbunyi, 'Wahai Abu Bakr! Kamu dan mereka yang mencintaimu memasuki Jannah!' Sayyidina Abu Bakr berkata lagi: "Aku takkan masuk sebelum kamu sebab kamu akan bangkit hadir pada Hari Penghisaban dan akan dikatakan bahawa 'dia (Sayyidina 'Ali) adalah lelaki yang baik, saudara yang baik dan ayah yang baik.' Kemudian berkata Sayyidina 'Ali: "Aku takkan pernah masuk sebelummu apabila Rasulullah SAW bersabda: 'Jika Iman Abu Bakr diletakkan di suatu sisi timbangan, dan iman seluruh ummah di sisi lainnya, maka iman Abu Bakr lebih berat lagi.' Sayyidina Abu Bakr membalas: "Aku tidak boleh mendahului seseorang yang Rasulullah SAW berkata pada Hari Penghisaban, 'Ali akan datang bersama isterinya Fatimah RA, bersama dua anak mereka menunggang unta, dan manusia akan bertanya, 'Siapakah ini wahai Rasulullah SAW?' dan jawaban yang akan diberikannya, 'Inilah orang-orang yang Allah cintai. Kemudian Sayyidina Ali menjawab: " Mana mungkin aku mendahuluimu ya Abu Bakr sedangkan Allah SWT telah berfirman ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺎﻟﺼِّﺪْﻕِ ﻭَﺻَﺪَّﻕَ ﺑِﻪِ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘُﻮﻥَ "Dan orang yang datang membawa kebenaran, dan orang yang membenarkannya. mereka itu adalah orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zummar:33) Kemudian Sayyidina Abu Bakr membalas: "Mana mungkin aku mendahuluimu ya Ali sedangkan Allah SWT juga telah berfirman. ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸْﺮِﻱ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﻣَﺮْﺿَﺎﺓِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺀُﻭﻑٌ ﺑِﺎﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (Qs. Al-Baqarah: 207) Pada waktu keduanya sedang asik memperbincangkan keutamaan rekannya, datang malaikat Jibril Alaihissalam mengunjungi Rasulullah, kemdian berkata: "Ya Rasulullah di depan pintumu ada Ali dan Abu Bakr yang hendak menemuimu, jemputlah keduanya" Maka Rasulullah SAW bangkit dari tempat duduknya bergegas membukakan pintu dan menyambut kedua sahabatnya yang mulia tersebut untuk masuk, kemudian Rasulullah menempatkan Abu Bakr di sebelah kanannya, dan Ali di sebelah kirinya seraya berkata kepada mereka. "Demikianlah kami kelak dibangkitkan di hari kiamat.

CARA RASULULLAH SAW BERSHODAQOH

ISTAMI‘UU HADZIHIL QISHOH,YA IKHWANI Dengarkanlah kisah ini, karena ini adalah kisah yang sangat menarik yang pernah engkau dengarkan.” Kira-kira begitu apa yang di sampaikan oleh Sayyidil-Habib Umar ibn Hafidz sebelum memulai menceritakan kisah berikut ini. Ayyuhal-ikhwan, mari sama-sama kita simak kisah berikut dan ceritakanlah kembali kepada keluarga atau pun anak-anak kita, semoga lantaran membaca dan menceritakannya dapat juga membawa keberkahan bagi diri kita semuanya. Aamiin ya Rabbal-‘Aalamiin. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah diberikan hadiah oleh salah seorang dengan sebuah ‏( ﻋَﺒَﺎﺀَﺓْ ‏) atau Jubah. Kemudian, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyuruh Sayyidatuna Aisyah untuk menyimpannya. (Jubah itu diberikan kepada Sayyidatuna Aisyah, lalu dilempitnya dan disimpan ke dalam suatu tempat). Tiba-tiba, setelah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyuruh Sayyidatuna Aisyah untuk menyimpan jubah tersebut, maka datanglah seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan rupanya orang yang mengetuk-ngetuk itu adalah seorang peminta-minta atau pengemis. Maka, pengemis itu meminta kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sedekah. Maka ketika itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Sayyidatuna Aisyah, “Ya Aisyah adakah yang bisa disedekahkan? Gandum ada tidak?” Lalu Sayyidatuna Aisyah pun berkata, “Ya Rasulullah, walau dzarrah ma wajadda li-dzaalik.. Ya Rasulullah, meski sebiji pun tak ada gandum dirumahmu ini.” (Inilah keadaan saat itu di rumahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam di mana selama 3 hari tak ada apa pun yang bisa untuk dimakan). Kemudian, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengatakan lagi kepada Sayyidatuna Aisyah, “Coba Aisyah perlihatkan jubah yang baru dihadiahkan tadi.” Maka Sayyidatuna Aisyah menghaturkan jubah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut. Dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun melipatnya, dimasukkan ke dalam tempatnya yang semula tadi, lalu jubah itu diberikan kepada pengemis tersebut. Masya Allah .
Maka kemudian, pengemis tersebut pun merasa bangga sekali. (Bahagianya bukan main). Dan pengemis itu bersegera menuju ke pasar, lalu ia mengatakan (sambil berteriak-teriak), “Man-yasytari ‘abaa‘atan Rasulillah? (Wahai, penduduk pasar) Siapa yang ingin membeli jubanya Rasulullah?” Maka seketika itu orang-orang yang ada dipasar berkumpul menemui pengemis tadi dan menanyakan, “Berapa harga? Ini berapa harganya? Jubanya Rasulullah ini berapa harganya?” (Masya Allah, pengemis tadi yang tidak punya apa-apa, uang pun tidak ada, lalu ia memberanikan diri untuk menjual jubahnya Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang baru saja ia dapati). Kemudian, jubah itu pun ditawar-tawar oleh penduduk pasar, bahkan para Sahabat Nabi pun berkeinginan untuk memiliki jubah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut .
Hingga pada suatu saat, ada seorang yang buta matanya (A‘ma) mendengarkan orang yang menjual jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Lalu orang yang buta tadi mengatakan kepada pelayannya (Ghulam atau Budak laki-lakinya), “Idzhab wa-hdhur al-‘abaa’ah mahmaa ghalaa tsamanuha? Berangkat engkau ke orang itu dan engkau hadirkan jubah itu di hadapanku, dan beli-lah meski hargnya semahal apa pun?” Masya Allah Tabarakallah. (Kata orang buta tadi, “Engkau harus beli pokoknya, hatta ruhmu yang engkau tebus tetap harus kau beli, sebab ini jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam) Dan orang yang buta tadi mengatakan lagi kepada pelayannya tersebut, “Wahai budakku, kalau engkau mampu membelinya maka engkau pun akan aku merdekakan di jalan Allah.” (Budaknya tentu senang sekali, apabila dapat dimerdekakan lantaran hanya dengan mampu membeli jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ‏). Singkat cerita, budak orang yang buta tadi pun berangkat menemui penjual jubahnya Rasulullah, lalu budak itu mengatakan kepada si penjual tersebut, “Ini aku punya majikan mau beli jubahya Rasulullah, berapa pun harganya pasti aku akan beli.” Maka ditawar-tawar dan akhirnya jubah tersebut dapat dibeli oleh budaknya orang yang buta tadi. Dan setelah itu, jubah tersebut dihadirkan kepada majikannya yang buta, maka kemudian majikannya yang buta itu memegang jubah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang ada di hadapannya sambil seraya mengatakan, “Ya Rabb, bi haqqi Rasulillah shallallâhu ‘alaihi wa sallam wa barakati ‘abaa’atihi-thaahirah baina yadayya a‘id ilayya bashari? Ya Allah, kembalikanlah pandanganku ini dengan kemulian jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam Kata majikan yang buta tadi, “A‘id ilayya bashari? Kembalikanlah pandanganku ini?” Ia katakan demikian sambil mengusap-usap jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ke matanya yang buta itu. Maka tidak lama setelah ia mengusapkan jubah itu ke matanya yang buta, lalu (SUBHANALLAH) orang yang buta tadi itu bisa melihat kembali seperti semula, bahkan matanya lebih terang daripada sebelumnya. Kemudian orang yang tadinya buta itu, sambil membawa jubahnya pergi ke rumah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan penuh rasa bangga, bahagia. (Sebab matanya ini bisa melihat lagi setelah sekian tahun lamanya buta). Dan ia pun berkata kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, qad ‘aada bashari wa ilaikal-‘aba’ah hadiyah minni? Wahai Rasulullah, mataku sudah kembali lagi seperti semula dan engkau aku kasih jubah ini lagi?” Jadi, jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dikembalikan lagi. (ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAIH …). Lalu oleh orang yang tadinya buta itu mengisahkan bagaimana kronologisnya dan kenapa jubah itu pun bisa kembali lagi ke tangannya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Ketika dikisahkan kenapa jubah itu bisa kembali lagi ke tangannya Rasulullah, lalu Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun tersenyum sampai gigi gerahamnya terlihat. (Hal ini menandakan betapa bangga dan bahagianya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ‏) Walhasil, setelah itu Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Sayyidatuna Aisyah, “Perhatikanlah wahai Aisyah jubah yang aku punya ini. Ia bisa mengkayakan orang yang miskin (Faqir), ia bisa menyembuhkan orang yang sakit (buta), ia pun bisa memerdekakan budak dan kemudian kembali lagi kepada kita.” (SUBHANALLAH) Ini semua tidak lain melainkan berkahnya Rasulillah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. (Kisah ini diriwayatkan ada dalam kitab “Adabul-Mufrad Lil-Imam al-Bukhari” dan juga banyak diriwayatkan seperti oleh Imam Suyuthi, Imam Abu Bakar al-Baqilani yang dinukil oleh Al-Habib Umar ibn Hafidz di dalam salah satu ceramahnya, Wallahu A‘lam ‏)