SLIDE POTO

Jumat, 14 Januari 2022

Sholawat Pengganti Zakat Dan Shodaqoh

 Sholawat Pengganti Zakat Dan Shodaqoh. 


اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرُسُوْلِكَ وَ صَلِّ عَلَى الْمُؤمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ


ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN ‘ABDIKA WA ROSUULIKA WA ShOLLI ‘ALAL MU’MINIINA WAL MU’MINAATI WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT(I). 


Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, sebagai hamba-Mu dan Rasul-Mu, dan limpahkanlah pula shalawat kepada kaum Mukminin dan Mukminat, Muslimin dan Muslimat. 


قال الإمام الشعراني كان يقول صل الله عليه وسلم أيما رجل مسلم لم تكن عنده صدقة فليقل في دعائه هذه الصلاة فإنها زكاة ولا يشبع مؤمن خيرا حتى يكون منتهاه الجئة وذكر ذلك في شرح الدلائل ما عدا الجملة الأخيرة وقال أخرج هذا الحديث جماعة عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه.


Imam Asy Sya'rani berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Muslim mana saja yang tidak mampu untuk memberikan sedekah, hendaklah ia membaca shalawat ini (diatas). Maka sesungguhnya sholawat ini sebagai zakat (pensucian, sedekah). Dan tidaklah seorang mukmin kenyang berbuat kebaikan hingga ia berakhir ke Surga. Hadis di atas diriwayatkan dari Abu Said Al Khudriy ra. (Kitab Afdholush Sholawat ‘Alaa Sayyidis Sadat – Asy Syeikh Yusuf bin Ismail An Nabhaniy, Sholawat 9, Halaman 36, Penerbit Darul Kutub Al Ilmiyyah) 


Adapun sanad muttashil kepada Asy Syekh Yusuf bin Ismail An Nabhaniy sebagai berikut : 


الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة المحدث السيد عبد الله بن عبد القادر التليدي الطنجي عن الحافظ السيد احمد بن محمد الصديق الغماري عن الامام العلامة يوسف بن اسماعيل النبهاني رحمه الله تعالى


Sanad lainnya yang muttashil kepada Asy Syekh Yusuf bin Ismail An Nabhaniy sebagai berikut : 


الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة مسند العصر السيد عبد الرحمن بن عبد الحي الكتاني عن الامام يوسف بن اسماعيل النبهاني


Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus. 


محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Sabtu, 11 Agustus 2018

UMAT ISLAM DIANJURKAN MENGUASAI ILMU FIQH DAN TASAWUF

Di dalam kitab “Diwan al-Imam asy-Syafi’i” pada halaman 177, cetakan “Darul Fikr”, Beirut – Libanon, Imam Syafi’i menganjurkan agar umat Islam mempelajari, memahami dan menguasai ilmu fiqih dan ilmu tasawuf, sehingga di kemudian hari dapat menjadi seorang pakar fiqih dan pakar tasawuf yang mampu membimbing ummat kepada jalan yang lurus dan diridhoi Allah SWT dengan keterangan sebagai berikut:
ﻗﺎﻝ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﺩﺭﻳﺲ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ : ﺻﺤﺒﺖ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻋﺸﺮ ﺳﻨﻴﻦ . ﻣﺎ ﺍﺳﺘﻔﺪﺕ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﻻ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺮﻓﻴﻦ : ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺳﻴﻒ . ﻭ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺼﻤﺔ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻘﺪﺭ
Artinya:
=====
“Berkata Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i: Aku bersahabat dengan kaum sufi (pakar tasawuf) selama sepuluh tahun. Tidak ada yang dapat kuambil faedah dari mereka kecuali dua perkara, yaitu:
1. Waktu bagaikan pedang, dan
2. Dari pemeliharaan Allah engkau tidak akan mampu menentang-Nya.”
Di dalam masalah anjuran menjadi pakar fiqih dan tasawuf, beliau, radiyallahu ‘anhu, berkata di dalam sya’irnya:
ﻓﻘﻴﻬﺎ ﻭ ﺻﻮﻓﻴﺎ ﻓﻜﻦ ﻟﻴﺲ ﻭﺍﺣﺪﺍ ### ﻓﺎﻧﻰ ﻭ ﺣﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻳﺎﻙ ﺃﻧﺼﺢ
ﻓﺬﻟﻚ ﻗﺎﺱ ﻟﻢ ﻳﺬﻕ ﻗﻠﺒﻪ ﺗﻘﻰ ### ﻭ ﻫﺬﺍ ﺟﻬﻮﻝ ﻛﻴﻒ ﺫﻭ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﻳﺼﻠﺢ؟
Artinya:
=====
“Maka, jadilah engkau sebagai pakar fikih dan tasawuf ! Dan “Faqih dan Sufi” bukanlah satu makna.
Maka, sesungguhnya aku dan hak Allah memberikan nasehat kepadamu.
Itulah orang yang berhati keras di mana hatinya tidak bisa merasakan takut kepada Allah,
Dan, inilah orang bodoh yang hatinya kosong dari ma’rifatullah. Dan, bagaimana orang bodoh akan membawa kemashlahatan (kebaikan) di kemudian hari?.”

KEADAAN WALI ALLOH SETELAH WAFAT

Al Imam Al Quthbil Irsyad wa Ghaustil Ibad Wal Billad Al Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Beliau berkata:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﺤﺪﺍﺩ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﺍﻥ ﺍﻷﺧﻴﺎﺭ ﺍﺫﺍ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻟﻢ ﺗﻔﻘﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﻻ ﺃﻋﻴﺎﻧﻬﻢ ﻭﺻﻮﺍﺭﻫﻢ ﻭﺍﻣﺎ ﺣﻘﺎﺋﻘﻬﻢ ﻓﻤﻮﺟﻮﺩﺓ ﻓﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ , ﻭﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻮﻟﻰ ﺣﻴﺎ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻔﻘﺪ ﺷﻴﺄ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻋﻘﻠﻪ ﻭﻗﻮﺍﺓ ﺍﻟﺮﺣﺎﻧﻴﺔ ﺑﻞ ﺗﺰﺩﺍﺩ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺑﺼﻴﺮﺓ ﻭﻋﻠﻤﺎ ﻭﺣﻴﺎﺓ ﺍﻟﺮﺣﺎﻧﻴﺔ ﻭﺗﻮﺟﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ , ﻓﺈﺫﺍ ﺗﻮﺟﻬﺖ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻗﻀﺎﻩ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﺟﺮﺍﻩ ﺇﻛﺮﺍﻣﺎ ﻟﻬﻢ .
ﺳﺮﺍﺝ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﺇﺣﺴﺎﻥ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺩﺣﻼﻥ ﺍﻟﺠﻤﻔﺴﻲ ﺍﻟﻜﺪﻳﺮﻱ ﺝ 1 ﺹ 466 .
Asy-Syaikh As-Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad radliyallahu’anh dawuh:
Sesungguhnya orang-orang pilihan (waliyullah) jika mereka wafat, tidak hilang dari mereka kecuali hanya jasad dan bentuknya saja. Adapun hakekatnya, mereka hidup dalam kubur mereka. Dan ketika seorang wali itu hidup dalam kubur mereka, sesungguhnya tidak lepas dari diri mereka sedikit pun ilmu, aqal, dan kekuatan ruhani mereka. Bahkan bertambahlah pada arwah-arwah mereka bashirah, ilmu, kehidupan ruhaniyyah, dan tawajjuh mereka kepada Allah setelah kematian mereka. Dan jika arwah-arwah mereka bertawajjuh kepada Allah Ta’ala dalam suatu hal (hajat), maka Allah Ta’ala pasti memenuhinya dan mengabulkannya sebagai kehormatan bagi mereka.

BAGAIMANA ENGKAU MEMANDANG GURUMU?

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :
ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ
" Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu ".(al Manhaj as Sawiy : 217)
Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, " Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ". (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155)
Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :
ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ
" Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya ".
Habib Abdullah al Haddad mengatakan " Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali ". (Adaab Suluk al Murid : 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khudhir. Maka nabi Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, " ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".
Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".
Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78)
Al Habib Abdullah al Haddad berkata, " Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, " perintahkan aku ini, berikan aku ini !", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya ". (Ghoyah al Qashd wa al Murad : 2/177)
Para ulama ahli hikmah mengatakan, " Barangsiapa yang mengatakan " kenapa ?" Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya ". (Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56)
Para ulama hakikat mengatakan, " 70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan ( batin,adab dan baik sangka )antara murid dengan gurunya ".
Semoga kita semua termasuk murid yang baik dan mendapat berkah dari guru kita
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺁﻣﻴﻦ
Oleh Ustadz Toha Mahsun

TANAMKAN DIHATIMU KECINTAAN KEPADA ULAMA

Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Al Basri ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠّـﮧ ﻋﻨﮧ , Seorang Ulama Sufi pada generasi Salaf
ﺳﺄﻝ ﺭﺟﻞ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ ﻓﻘﺎﻝ ﻳﺎ ﺇﻣﺎﻡ ﺩﻟﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ ﻳﻘﺮﺑﻨﻴﺎﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﺪﺧﻠﻨﻲ ﺍﻟﺠﻨﻪ . ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺐ ﺍﺣﺪ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀﻩ ﻋﺴﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻥ ﻳﺘﻄﻠﻊ ﺇﻟﻰ ﻗﻠﺒﻪ ﻓﻴﺠﺪ ﺍﺳﻤﻚ ﻣﻜﺘﻮﺏ ﻓﻴﻪ ﻓﻴﺪﺧﻠﻚ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﺠﻨﻪ "
Wahai Imam, tolong beritahukan amalan apa yang bisa membuat aku dekat dengan ALLAH SWT, dan bisa menyelamatkan diriku ditempat terbaik di yaumil akhir (Jannah) ?"
Imam Hasan Al Basri ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠّـﮧ ﻋﻨﮧ menjawab :
"Cintailah para AULIYA atau para ULAMA (orang yang dekat dengan ALLAH SWT) dan berharaplah ketika ALLAH SWT menatap hati para kekasihNYA tersebut, disana tertulis namamu. Dan itu akan membuat ALLAH SWT mengumpulkan engkau bersama mereka di tempat terbaik (Jannah)."
Semoga Nama Kita Selalu Tertulis Di Hati Para Ulama dan Habaib khususnya di Hati SAYYIDINA MUHAMMAD SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAM,,, Amin Ya Robbal 'Alamin.

LISANMU ADALAH GAMBARAN APA YANG TERSIMPAN DI DALAM HATIMU


ﺴﺎﻧﻚ ﻳﻌﺒِّﺮ ﻋﻤﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ..
Lisan-mu adalah gambaran dari apa-apa yang tersimpan didalam hatimu
ﻓﻜﻞ ﻛﻠﻤﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﺩﺍﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺳﻮﺀ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ،
Maka setiap kalimat yang buruk, menunjukkan atas buruknya apa-apa didalam hatimu
ﻛﻞ ﻏﻴﺒﺔ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻇﻠﻤﺔ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ،
Setiap gosip menunjukkan atas gelapnya apa-apa didalam hatimu
ﻛﻞ ﻛﺬﺑﺔ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻮﺀ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ،
Setiap kebohongan menunjukkan atas jeleknya apa-apa didalam hatimu
ﻛﻞ ﻳﻤﻴﻦ ﻛﺎﺫﺑﺔ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻛﺪﺭﺓ ﻭﻭﺳﺦ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ،
Setiap sumpah palsu menunjukkan atas keruh & kotornya apa-apa didalam hatimu
ﻛﻞ ﺳﺐٍّ ﻋﻠﻰ ﺻﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﻛﺒﻴﺮ ﺑﻞ ﻋﻠﻰ ﺣﻴﻮﺍﻥ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻇﻠﻤﺔ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ..
Setiap cacian baik atas anak kecil atau-pun orang dewasa bahkan cacian atas hewan sekali-pun menunjukkan atas gelapnya apa-apa didalam hatimu
ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺗﺮﺟﻤﺎﻥ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ ﻓﻜﻦ ﺻﺪﻭﻕَ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻃﺎﻫﺮ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ .
Lisan adalah merupakan gambaran hati, maka jadilah dirimu pribadi yang memiliki lisan yang jujur,suci hati.
.
- Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz -

Berkah Birrul Walidain | BERBAKTI KEDUA ORANG TUA

(Kalam Al Alim Al Allamah Al Arifbillah Al Habib Segaf bin Muhammad bin Umar as-Segaf)
***********
Syahdan, Pada suatu kamis pagi, Al-Qutub Habib Segaf bin Muhammad bin Umar as-Segaf, memberikan dars ilmiah bertema bakti kepada kedua orang tua di majlis taklimnya, di kubah Habib Abdullah bin Ali as-Segaf yang di simak bejibun orang.
Ia membuka darsnya dengan memberikan tahdir (peringatan) kepada hadirin, “Hati-hati. Jangan pernah mendurhakai kedua orang tua. Sebab amarah mereka memantik azab Allah SWT yang kontan, tidak ditunda. Jika mau, kutunjukkan kepada kalian orang-orang yang dulunya durhaka kepada orang tua agar kalian tahu bagaimana kenaasan kini selalu menggelayuti mereka.” Habib Segaf mengulang ancamannya ini berkali-kali dengan amat serius. Beliau terus melanjutkan, “Barangsiapa menghendaki kebahagiaan di dunia dan akhirat, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya. Sungguh, aku telah merasakannya.” Kemudian beliau menyebut sejumlah nama dari orang-orang yang dikenal berbakti kepada orang tua disertai kisah bahagianya, berkat orang tua tentunya.
“Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap kedua orang tuanya, kelak akan dibalas oleh anak-anaknya. Demi Allah, aku telah menyaksikan semua itu dengan jelas.” Jelas Habib Segaf.
HAKIKAT BIRRUL WALIDAIN
“Meminta yang berlebihan kepada kedua orang tua termasuk durhaka.” lanjut beliau. “Bakti dalam hati lebih utama dari bakti dengan tingkah laku. Maksudnya, rasa bakti dan hormat kepada orang tua harus terus bersemayam di hati, sedang lisan dan tubuh sekadar pelaksana. Dalam keyakinanku, bakti yang hakiki adalah menempatkan orang tua diatas diri kita sendiri, bahkan anak-anak kita. Hatta seumpama kita disuruh memilih, siapa yang sebaiknya meninggal, anak atau orang tua kita, Maka, meninggalnya anak kita lebih kita harap daripada meninggalnya orang tua kita. Nah inilah birrul walidain yang sejati.
Jangan sangsi, kebahagiaan abadi bakal diraih dengan bakti kepada orang tua. Mereka, para pemilik mata batin menyaksikan sendiri bukti shahihnya.
Coba perhatikan firman Allah SWT berikut ini,
ﺃَﻥِ ﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻚَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Lukman;14)
Di ayat ini Allah SWT memakai redaksi (wa) yang berarti “dan” sebagai konjungsi, bukan (tsumma) yang berarti “kemudian”. Maksudnya kurang lebih-wallahu a’lam, syukur kepada Allah SWT tidaklah cukup bila tidak beriring dengan syukur kepada kedua orang tua. Sebab mereka berdua berperan sebagai sebab wujudnya kita.
Barangsiapa menelaahi al-Qur’an dan mencermati kandungan ayat-ayatnya dengan seksama, ia akan yakin bahwa bakti kepada kedua orang tua adalah sumber segala kebajikan dan merupakan amal yang paling utama. Dalam risalah qusairiyah diceritakan, dahulu ada seorang lelaki yang suka berbuat nista. Hari-harinya selalu diisi dengan maksiat. Suatu hari ia sakit parah. Merasa ajalnya dekat, ia berwasiat kepada ibundanya. “Wahai ibuku, jika aku mati, jangan beritahu siapapun perihal kematianku, sebab semua orang sudah pasti bakal mencelaku. Aku mohon juga, injakkan kaki ibu di salah satu telingaku, lalu berujarlah, “ini balasan orang bejat yang suka bermaksiat.” Lalu bayarlah beberapa orang untuk memandikan, mengkafani lalu menguburkanku. Jika aku sudah di dalam kubur, berdirilah di kuburanku dan berserulah tiga kali, “Wahai tuhanku, sesungguhnya aku meridhai anakku ini. maka, ridhailah dia!”
Ketika si anak meninggal, sang ibu melaksanakan semua wasiatnya. Terakhir, ia berdiri di atas pusara buah hatinya dan menyerukan kalimat yang telah dipesankan seraya menengadahkan tangan. Tak dinyana, baru saja sang ibu selesai munajat, ia mendengar kumandang suara dari langit. “Aku ridha kepada anakmu”
Aku ketengahkan kisah ini kembali sebagai teladan bagi kalian yang mengharapkan kebahagiaan akhirat. Soalnya, kini kebanyakan dari kita sudah lupa akan nilai birrul walidain. Padahal, kebanyakan musibah dan bencana yang menimpa kita saat ini adalah akibat perbuatan durhaka kepada ibu-bapak. Ya, saat ini uququl walidain merajalela. Jadinya, orang-orang masa kini tak mendapatkan keberkahan, baik di dunia maupun akhirat.
Durhaka kepada kedua orang tua tergolong dosa besar. Tak ada amal yang bisa menebusnya, kecuali tobat yang benar-benar tulus. Maka, kuperingatkan diriku sendiri secara khusus, serta semua orang, agar berusaha sekuat tenaga berbakti kepada orang tua selagi masih ada, kedua-duanya atau salah satunya. Sebab tak lama lagi mereka akan meninggalkan kita. Mari manfaatkan kesempatan yang ada untuk berbakti, agar kita beruntung di dunia dan akhirat.